Tpr7TUGpBSO6TUM6TUY5TUWlGi==

Kembangkan Kualitas, OJK Menyeimbangkan 30% Pemimpin Berasal dari Gender Perempuan

Ilustrasi pemimpin perempuan
Ilustrasi pemimpin perempuan 
(Dok. Ist)

JATIMTERKINI.ID - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berjuang untuk mencapai kesetaraan gender dalam kepemimpinan organisasi. Mereka berharap pada tahun 2027, setidaknya 30 persen pemimpin OJK akan menjadi perempuan.

“Tahun lalu, total pemimpin perempuan baru mencapai 15 persen, dan tahun ini naik menjadi 19 persen. Ini sejalan dengan komposisi gender yang semakin meningkat persentase perempuannya. Seperti halnya di PCS7 yang 58 persen lebih adalah perempuan,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar di Jakarta, Selasa.

OJK juga berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pegawainya agar siap menghadapi tantangan industri keuangan yang semakin besar di masa depan. 

Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).

Selain itu, OJK juga terus memperkuat organisasinya untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya sesuai dengan UU P2SK, serta menghadapi tantangan perkembangan di sektor jasa keuangan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, OJK menyelenggarakan Program Pendidikan Calon Staf (PCS). Saat ini, OJK sedang melaksanakan PCS Angkatan 7 (PCS7).

"Kami mengutamakan kualitas dibandingkan kuantitas. Bukti nyatanya adalah sebenarnya kami mengharapkan jumlah dari peserta PCS Angkatan 7 (PCS7) ini adalah 300 orang, namun yang benar-benar diterima adalah yang sesungguhnya sesuai kriteria, parameter dan ketentuan yang ditetapkan,” ujarnya.

 Sebelumnya, pada Maret 2024, OJK telah membuka rekrutmen untuk PCS7 yang diikuti oleh lebih dari 52.000 peserta. Dari proses seleksi tersebut, 261 peserta berhasil lolos dan mengikuti program PCS7. 

Program PCS OJK telah dilaksanakan sejak 2013 dan telah diikuti oleh 2.014 peserta.

Sejak 2022, OJK juga telah melaksanakan program transformasi organisasi yang komprehensif, termasuk penyesuaian struktur organisasi, pola kerja, dan pemenuhan infrastruktur kerja.

"Komposisi pegawai OJK saat ini sebanyak 76,8 persen atau hampir 80 persen adalah generasi milenial dan zilenial. OJK tentu harus menjadi institusi pilihan utama di pasar kerja dan tetap kompetitif terhadap institusi lainnya dan perubahan tadi adalah prasyarat untuk itu,” tuturnya.

Program PCS7 berlangsung selama sembilan bulan dengan menggunakan tiga metode pembelajaran, yaitu educational learning melalui pendidikan klasikal, exposure learning melalui pelaksanaan On The Job Training (OJT), dan experiental learning melalui orientasi kerja di Satuan Kerja spesifik.

Diharapkan, setelah menyelesaikan program PCS7, peserta akan memiliki kemampuan yang terampil dan kompeten dalam melaksanakan tugas (skillful), berperilaku baik dan menjunjung tinggi etika serta disiplin (well-behaved), memiliki integritas dan menjunjung tinggi kejujuran (integrity), cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja (flexible), serta tangguh dalam menghadapi permasalahan dan situasi kerja (tough).

toto188

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ketik kata kunci lalu Enter

close