![]() |
Ilustrasi. Kebiasaan mengonsumsi garam berlebih memiliki dampak negatif terhadap kesehatan ginjal. |
JATIMTERKINI.ID - Mengonsumsi garam secara berlebihan dapat berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah gagal ginjal.
Menurut dr. Anton Isdijanto, Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, pola makan dengan kandungan garam yang tinggi menjadi faktor utama peningkatan risiko gagal ginjal, terutama jika dikonsumsi melebihi batas yang dianjurkan.
“Di Indonesia itu belum ada edukasi kalori yang dibutuhkan berapa di luar makanan-makanan yang instan, terutama yang kandungan garamnya tinggi, gulanya tinggi, kalorinya juga jadi lebih tinggi,” jelas Anton dalam sebuah diskusi daring di Jakarta, Sabtu lalu.
Anton mengungkapkan bahwa sesuai anjuran Kementerian Kesehatan, konsumsi garam yang aman untuk tubuh adalah maksimal lima gram atau setara dengan satu sendok teh per hari. Namun, kenyataannya, banyak masyarakat yang mengabaikan anjuran ini, terutama saat mengonsumsi makanan instan seperti mi instan.
Ia menjelaskan, mi instan sendiri sudah mengandung sekitar 3,7 hingga 3,8 gram garam dalam satu porsinya, belum termasuk bahan-bahan tambahan lain seperti lauk atau bumbu yang juga memiliki kadar garam tinggi.
"Yang dicari malah makanan instan, mi instan, pakai ayam goreng, ada tepung, ada garam, belum pakai bumbu-bumbu masak tinggi garam. Akhirnya apa? kena hipertensi sebagai gangguan metabolik,” ujar Anton.
Asupan garam yang berlebihan dapat menyebabkan ginjal bekerja lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan garam dari tubuh. Hal ini membuat jantung harus memompa darah lebih cepat, sehingga tekanan darah meningkat dan merusak pembuluh darah di ginjal. Akibatnya, kemampuan ginjal untuk menyaring zat-zat yang masuk ke dalam tubuh menjadi berkurang.
Anton menjelaskan bahwa jika kondisi ini berlangsung terus menerus, ginjal akan mengalami penurunan kualitas dan bentuknya pun akan terganggu. Pada tahap yang lebih parah, penderita mungkin akan memerlukan bantuan alat cuci darah untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak.
"Pada prinsipnya ini seperti air minum. Air mengalir karena dipompa, air bisa diminum kalau ia sudah tersaring. Jadi, darah kita dipompa jantung, dialirkan melalui pipa pembuluh darah dan disaring oleh ginjal. Kalau terganggu, yang membuat tekanan tinggi adalah jantung yang memompa dan dampaknya akan mengarah di bagian filter,” jelas Anton.
Lebih lanjut, Anton mengungkapkan bahwa kasus gagal ginjal kini tidak hanya ditemukan pada usia lanjut, tetapi juga pada usia muda, bahkan di bawah 27 tahun. Faktor utamanya masih berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat, ditambah kebiasaan buruk lainnya seperti kurang tidur dan kurang olahraga.
Menyadur artikel Pafibondowoso.org, perubahan gaya hidup yang lebih sehat, risiko terkena penyakit berbahaya seperti gagal ginjal dapat diminimalisir, serta kualitas hidup pun akan meningkat.
Pentingnya perhatian lebih terhadap gaya hidup sehat untuk mencegah masalah ini. Masyarakat diimbau untuk mulai memperbanyak konsumsi sayur dan buah, mengurangi makanan asin dan instan, serta tetap berolahraga di tengah kesibukan.